Ah, bumi Iklim Deeni itu
Sekali lagi bermain di ruang serebrum...
Pagi Ahad yang hening dan sejuk
Ternyata, bayu laut yang nyaman di kepulauan pinang setampuk ini
Tidak sama dengan dinginnya hawa di bumi Iklim Deeni
Aku merindukan teman-teman sefikrah
Yang ketika dahulunya
Sama-sama berjuang mengutip ilmu
Dunia dan akhirat
Teringat saat sama-sama melantunkan alunan zikir di waktu Maghrib & Isya'
Teringat saat berpegangan tangan melaungkan Allahuakbar seusai Ma'thurat
Teringat saat pabila ada yang menjadikan sejadah sebagai bantal di Musolla Al-Hidayah
Teringat saat masing-masing berjam-jam beratur di pondok telefon, menunggu giliran mendengar khabar berita dari ibu dan ayah tercinta
Terkenang waktu beratur panjang-panjang di dewan makan
Terkenang waktu masing-masing menjaga tudung labuh dari dikotori saat mengambil makanan
Terkenang waktu puteri-puteri yang keseganan di dewan makan saat dewan makan putera diubahsuai
Terkenang waktu makan ikan sembilang dan roti telur yang sedap itu
Terbayang kita berjalan pergi dan pulang dari menimba ilmu di kelas
Terbayang rutin menyanyikan Asma'ul Husna setiap pagi
Terbayang suara Ayahanda memberi tazkirah dan peringatan
Terbayang juga wajah guru-guru tercinta
Yang tidak akan pernah jemu menyuluh hidup seorang hamba yang mencintai ilmu
Terkadang, kita juga tidak kurang nakalnya
Saat bergelar senpai
Masing-masing ada kisah tersendiri
Ponteng riadah, prep dan segala bagai
Ligat mencari idea untuk menyorok diri dari dicekup KP yang berkuasa
Terkadang, kita juga tidak kurang nakalnya
Saat timbul keinginan membawa 'barang-barang haram' ke asrama
Handphone dan novel paling glamor
Ligat memerah akal, menyimpan dan menyembunyi
Agar tidak menjadi mangsa amukan warden yang prihatin lagi baik hati
Namun, kita juga pucuk yang muda
Masih hijau, dan baru mengenal dunia
Dan saat itu, hembusan bayu membawa fitrah itu menampar lembut di bahu
Fitrah insani untuk disayang dan menyayangi
Ah, tidak dapat lari sama sekali
Walaupun dalam diam dan dari jauh
Pendam sahaja
Berdoa agar pemilik jiwa itu tenang melalui hari-harinya
Biarkan saja
Ia hanyalah salah satu kisah dalam helaian hidup di bumi Iklim Deeni itu
Menambahkan warna-warni alam remaja yang sarat dengan inkuiri dan pengalaman pertama
Lalu kini
Aku terlalu ingin kembali ke waktu itu
Yang ternyata mustahil dan hanyalah mimpi
Mungkin mimpi yang paling indah dalam hidup
Bumi Iklim Deeni, aku rindukanmu
Dan juga merindui insan-insan yang pernah berteduh di bawah langit yang sama
Dan di bumi Iklim Deeni,
Semapan sahsiahnya, seperkasa akademiknya
Doubleight 2001-2005 |
0 Komen:
Catat Ulasan